Apakah Anda mencari film animasi yang bertema tidak terlalu ringan? Mungkin film kali ini jawabannya. Film animasi arahan Shane Acker—dengan bimbingan Tim Burton—yang berjudul 9 ini bisa menjadi penghibur di saat senggang. Anda mungkin masih ingat dengan Tim Burton, sutradara andal yang sangat khas dengan gaya gothic dan noir-nya. Kekhasan tersebut sangat terlihat dari beberapa film yang digarapnya, seperti Batman Returns, Corps Bride, dan yang paling terkenal adalah The Night Before Christmas.
Kali ini, Burton kembali memberikan sentuhan ajaibnya pada film 9. Film yang berasal dari sebuah film pendek berjudul sama karya Shane Acker yang menjadi nominasi Oscar tahun 2005 ini mengangkat tema mengenai kehidupan di bumi pascakehancuran akibat perang. Tentu saja, tetap dengan ciri khas Burton: suram, penuh kehancuran, kematian, dan karakter yang cukup mengerikan.
Cerita ini diawali dengan hidupnya 9 (Elijah Wood), sebuah boneka rajutan di masa pascakehancuran. Saat itu, bumi bukanlah tempat yang layak untuk dihuni. Umat manusia telah musnah. Tidak ada pepohonan, tanah mengering, dan sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah bangkai manusia dan reruntuhan bangunan.
Ketika berkelana, 9 bertemu dengan 2 (Martin Landau), seorang penemu yang membantu 9 mendapatkan suaranya sehingga ia bisa berbicara. Di sana, ternyata mereka terlihat oleh Cat Beast yang kemudian mengejar mereka mati-matian. Akibat melindungi 9, 2 akhirnya tertangkap. Setelah itu, 9 bertemu dengan 5 (John C. Reiley), 6 (Crispin Glover), 1 (Christopher Plummer), dan 8 (Fred Tatasciore). Dari cerita 5, 9 mengetahui bahwa musuh mereka selama ini adalah robot. Selama itu, mereka bersembunyi di sebuah bangunan bekas gereja, menunggu sampai kaum robot mati dengan sendirinya karena kehabisan daya. Namun, 9 tidak berpendapat demikian. Ia ingin melawan para robot, yang telah memusnahkan umat manusia dan menculik 2. Bersama 5, ia masuk ke sarang musuh dan mencoba menyelamatkan 2. Ketika berusaha menyelamatkan 2, 9 dan 5 bertemu 7 (Jennifer Connely), satu-satunya karakter perempuan di film ini. 7 memiliki keahlian bela diri yang cukup baik.
Misi penyelamatan 2 akhirnya gagal karena 9 memasang sebuah kunci ke sebuah robot induk yang bernama Fabrication Machine. Robot yang tadinya tidak aktif tersebut meraih 2 untuk diserap jiwanya. Robot induk tersebut lalu hidup dan mulai memproduksi robot-robot lainnya. Maka, dimulailah peperangan antara robot dan para boneka. Para robot mulai mengejar 9 dan kawan-kawannya untuk diserap jiwanya. Sedangkan, 9 dan 1 selama berselisih paham mengenai tindakan terbaik yang harus mereka ambil. 9 ingin melawan para robot dan ia mendapat dukungan dari teman-temannya.
Dari kembar 3 dan 4, 9 mengetahui sejarah dan asal-usul para robot. Dari 6, 9 juga mengetahui awal mula terciptanya mereka. Di penghujung film, 9 memutuskan untuk mengukuti saran 6 untuk kembali ke tempat awal ia terbangun.
Saran apa yang diusulkan 6? Apakah 9 bisa membuktikan pada 1 bahwa tindakannya benar? walaupun memiliki ending, film ini meninggalkan banyak teka-teki dan pertanyaan besar dari para penontonnya.
Penuh Keambiguan
Suasana suram akan langsung terasa dari awal Anda menonton film ini. Film jenis ini tidak akan menawarkan jalan cerita dan akhir yang cukup memuaskan. Namun, bisa menjadi hiburan yang cukup menarik, apalagi bagi Anda yang menggemari film-film bertema post-apocalyptic. Dalam film jenis ini, waktu seakan berhenti dan kehidupan terasa sangat mengerikan.
Dalam film ini, Anda tidak akan menemukan hewan yang berbicara atau menari-nari sambil bernyanyi dengan suara merdu. Anda juga tidak akan menemukan celetukan dan humor kocak yang dapat mengocok perut. 9 memang film animasi, tetapi film ini memosisikan dirinya di tengah—membuatnya sangat sulit untuk diklasifikasikan. Film ini mendapat rate PG-13 karena dianggap terlalu mengerikan untuk anak-anak, namun juga dianggap kurang menantang untuk dewasa.
Ada beberapa hal dalam film ini yang cukup menarik untuk diulas. Seperti keambiguan yang terjadi dalam pemilihan waktu kejadian. Sejarah yang disajikan dalam film ini, tidak sesuai dengan sejarah pada dunia nyata. Latar peristiwa yang diangkat, seperti perang parit (trench warfare), penggunaan kata “Vorsicht”, dan desain senjata yang digunakan dalam perang, semuanya merujuk para era Perang Dunia I. Semuanya diperkuat dengan penggunaan fonograf dan pemilihan lagu “Over The Rainbow” yang membuat film ini mengambil latar waktu sekitar tahun 1930-an.
Fakta-fakta tersebut tidak sesuai dengan peristiwa besar yang akhirnya menyebabkan kemusnahan umat manusia. Diceritakan, pada masa itu, seorang ilmuwan berhasil mengembangkan teknologi robot bernama Fabrication Machine, yang dapat digunakan untuk memproduksi ribuan robot canggih multifungsi. Di sini, kejanggalan terjadi. “Keprimitifan” yang masih sangat tampak di film ini seperti “mental” karena penemuan sang ilmuwan. Bagaimana bisa, masa di mana teknologi yang digunakan untuk proyektor dan televisi masih menggunakan grayscale, namun bisa tercipta sebuah robot raksasa canggih yang dapat memiliki kemampuan berpikir dan memimpin robot lainnya untuk menyerang manusia? Namun, saya kembali ingat bahwa Acker membuat animasi ini sesuai dengan “dunia”-nya. Jadi, mungkin plot dalam cerita ini, mengikuti imajinasi yang ada di kepala Acker, sebuah dunia di mana teknologi dan keprimitifan berjalan seirama.
Masa Computer Generated
Toy Story, Ice Age, Polar Ekspress, dan banyak animasi lainnya yang dirilis dalam kurun waktu 1990—2000-an sudah mulai menggunakan teknologi yang dinamakan Computer Generated Imagery (CGI). Animasi-animasi tersebut dibuat dengan bantuan komputer sepenuhnya. Teknologi lawas seperti one-stop motion mungkin sudah saatnya digantikan dengan cara yang lebih canggih lagi.
Tapi, pendapat itu dibantah habis-habisan oleh Acker. Walaupun 9 dikerjakan menggunakan CGI, pergerakan tiap karakternya tetap menggunakan teknik one-stop motion. Lalu, pemolesan terakhir, seluruhnya dikerjakan menggunakan CG sehingga gerakan para karakter terlihat lebih halus.
Untuk mendapatkan efek yang lebih nyata, kru 9 melakukan hunting lokasi dan foto agar kesan suram, kehancuran, dan peperangan dapat terlihat nyata. Demi mendapatkan hasil maksimal, mereka pun tidak tanggung-tanggung mendalami bidang sinematografi.
Walaupun film ini tidak dirilis dalam bentuk 3D seperti animasi lainnya, Anda tetap bisa menikmati animasi ini seakan Anda menggunakan kacamata 3D. Pemilihan warna dan penggambaran setiap detail karakter sangat teliti, membuat Anda meyakini bahwa seluruh aspek dalam film tersebut nyata, bukan hasil rekayasa komputer.
Sumber : http://chip.co.id/articles/gamesentertain/2009/10/29/review-film-9/
Blog Archive
Category
- #9 (1)
- anime (7)
- Aqua Timez (5)
- bleach (3)
- chicken run (1)
- coraline (1)
- eyeshield 21 (1)
- film (22)
- Flow (2)
- happy feet (1)
- idaten jump (1)
- mangaka (2)
- naruto (3)
- one piece (13)
- ratatouille (2)
- sejarah (4)
- stop motion (2)
- up (1)
Blogroll
My Playlist
About Me
Selasa, 16 Februari 2010
Film #9
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Followers
Google Search
link berita
Time and Date
SpeedTest Mini
ShoutBox
|
0 komentar:
Posting Komentar